Kamis, 11 Desember 2014

My Life

My Climb-ing Experience

Awal bulan Desember. Mengingatkan gue pada sebuah pengalaman gila pada 15 Desember 2010 silam. Mendaki gunung! Banyak banget yang gak percaya kalau gue benar-benar melakukan ini. Gue juga ngerasa ngimpi karena setelah turun gunung gue gak punya bukti apa-apa semacam foto gitu. Kecuali bekas luka yang ternyata akibatnya fatal. Yes -,-


Jadi waktu itu hari Rabu, sekolah gue make seragam batik (inget banget part yang ini!) entah ada apa seluruh siswa dipulangin cepet. Gue seperti biasa pulang bareng Nci, Lusi (kalo gak salah) dan 4 teman lain (kalo gak salah juga). Tapi di angkot kita mutusin buat main ke rumah Nci. Yaudehlah gue ikut-ikut aja.


Rumah Nci letaknya di Karang Tengah, Cibadak. Tepat didepan Gunung Walat. Dasar emang di kaki gunung, jalanannya nanjak gitu. Sampe di rumah Nci kita minum sebentar. Terus Nci ngajakin kita main keluar. Gue pun di pinjemin sendal.


Pertamanya ngelewatin jalan setapak biasa. Beraspal. Rumah-rumah warga. Sampe akhirnya jalan berakhir di sebuah jembatan. Kita belok kiri jalan galengan alias pematang sawah. Disitu baru ada seorang Aki-aki(?) baru turun dari gunung. Dia bawa pacul dan nyeker. Tanahnya agak becek gitu sih. Perasaan gue mulai gak enak.


Di depan kita sekarang ada sungai yang lebarnya gak lebih dari 1 meter. Nci duluan, jadi leader ceritanya. Gue kedua dari belakang. Jalanan mulai nanjak. Tanah berbatu. Untuk pejalan kaki ini lebarnya gak sampe 1 meter. Jadi visualisasi(?)nya gini; lo jalan di tengah tengah padang ilalang yang tingginya sepinggang. Tapi yang gue alami disini ilalang itu adalah tanah. Diatasnya ada tanaman-tanaman liar yang kadang berfungsi jadi pegangan.
ya soalnya cuma tanah yang kita pijak doang yang bener bener terdiri dari tanah dan batu batu besar. Secara instingtif gua tentunya gak berani nengok ke belakang.


Ini sih gak terlalu sulit kalau kata gua. Tingkat kemiringan gak sampe 75. Jalannya pun berbatu2 besar yang kuat. Gak mungkin longsor cuma gara-gara diinjek kita-kita. Tapi pada saat gua mendongak keatas.. Mampus! Tinggi banget ternyata. Seakan kalau kepleset dikit aja, anak didepan gue akan melayangkan ke wajah ini. Alamaak!!


Kemudian gua ingat ketika pada suatu waktu gue sekeluarga ke Jampang. Gue pernah juga melewati sebuah tanjakan curam yang walaupun beraspal tetep aja bikin ngeri. Waktu itu gue dinasehatin, kalau takut.. Jalan mundur aja. Atau jalan sambil lihat kaki. Gue gak mungkin kan ya jalan mundur dengan trek gaje begini. Jadilah dengan pasrah gue fokus pada jalan didepan gue. Menatap kaki dan sendal jepit yang kuplak kaplek leuleus(?). Temen gue yang di depan sempet berhenti. Ada ular lewat katanya. Terus jadilah kita ngomongin soal ular yang katanya sih penjaga di daerah sini. Sampe perjalanan gak kerasa, kita sampe di tanah yang landai.


Tampatnya luaaas banget. Pohonnya jarang. Cuma ada beberapa. Dan pada saat gue ngeliat ke bawah, Subhanallah pemandangannya indah banget! Gunung Gede dan Gunung Salak terlihat jelas! Langitnya biru tanpa awan, demi apapun ingin rasanya gua nangis ngeliat betapa indahnya pemandangan itu. Gue segera minta temen buat fotoin, tapi hpnya lowbat semua. Akhirnya kita duduk aja disitu sambil dengerin lagu Avril Lavigne-What The Hell. Ababil Absurd banget ye kan..


Gak lama kita disitu, Nci nawarin kita untuk terus ke puncak atau pulang. Gue lihat sih kayaknya puncak udah gak jauh, tapi makin keatas makin hutan bo! Tadi sih sekeliling jalan cuma alang-alang, tapi diatas kita sekarang pohon yang tinggi - tinggi dan lebat. Kita gak tau bakal 'ketemu' apalagi disana. Jadi ya lebih baik pulang deh. Dan inilah yang sulit.


Lutut gemeteran gara-gara naik tadi. Ini membuat turun gak selancar naiknya. Gue berkali-kali kepeleset dan terpaksa menjambak tanaman dipinggir. Dan parahnya gue kegigit atau kesengat sesuatu sampe jari kelingking kaki gue berdarah. Waktu itu gue gak mikirin, yang penting turun! Dan baru-baru ini gue periksa ke dokter, katanya gue kesengat kalajengking -,- . Untung racunnya gak bahaya banget. Efeknya ya ini mati rasa. Dari tahun 2010 sampe 2013 belum hilang juga.


Setelah menempuh perjalanan yang amat sangat sulit kami sampe di galengan. Baju seragam udah kotor kayak apa tau -.-


Sampe rumah bilang sih sama mama, gini; "Mah tadi ani naik gunung loh..". Mama: "Hahaha". Errr


Dan mama baru percaya setelah gue cerita sama dokter tentang ini beberapa minggu lalu.


Yah inilah pengalaman gak terlupakan di masa bandel SMP kelas 2. Berharap banget someday bisa kesana lagi. Dan ambil foto sebanyak-banyaknya biggrin

Awas Manusia Harimau!! Hah? Ada Tujuh?

Poster 7 Manusia Harimau
Gua bukan tipe orang yang suka sinetron. Terakhir yang gua ikuti sih Putih Abu-Abu 1. Gak tau kenapa gak suka banget.

Kejijikan bertambah saat sinetron fantasi lain bertaburan. My Lord, genre kesukaanku ternodai *pedih :'( *

Tapi.. kemudian di suatu malam. Gua gak sengaja melihat sinetron yang poster nya jadi bahan lawak Wancakers. 7 Manusia Harimau.

My first impression.. teteup ngakak. Sifat skeptik gua memang sering timbul belakangan ini.

Dialog dari 7MH ini terkesan norak. Dilihat dari anak SMA yang memakai kata "kamu aku". Belum lagi percakapan antar tokoh lain yang seperti membaca puisi.

Ya, kalau lo semua mau ngatain gua kudet silahkan. Karena ternyata sinetron ini adalah adaptasi dari novel silat karya Motinggo Busye. How cool!

Let me give my opinion about the drama.
Latar tempatnya, apik. Cantik. Alam yang asri. Bikin tenang mata dan seolah kita ikut merasakan kesejukan di tanah Bengkulu sana.

Alur. Sejauh ini masih berada pada garis yang dibuat oleh sang penulis. Terjadi beberapa perubahan pada tokoh untuk menyesuaikan cerita dengan jaman. Ini gak mengganggu. Justru menambah beberapa poin yang membuat cerita ini menjadi menarik.

Seperti tokoh Ki Lading Ganda yang menjadi Rajo Langit. Ini tepat jika 7MH juga ditujukan untuk anak remaja. Lebih elok rasanya jika tak semua Inyiek sudah lanjut usia haha. Lalu tokoh Harwati puteri Ki Lebai Karat yang kemudian namanya menjadi Karina. Dan tak lupa, tokoh Huta Gali yang seolah dipecah menjadi dua karakter yaitu Arsya dan Rifai. Duo remaja yang somplak-cubit able banget. Dalam beberapa adegan ada kalanya mereka terlihat jahat. Begitupula sebaliknya.

Kebanyakan sinetron, terlalu fokus dengan format Hitam jahat, Putih baik.
Beda halnya dengan sinetron 7MH. Menegaskan bahwa tak ada manusia yang terlahir jahat. Sifat jahat itu sendiri bisa timbul karena iri, atau perbuatan si 'yang dijahati' di masa lalu. Memang bukan hanya sinetron ini yang menghadirkan secara gamblang hal tersebut. Tapi banyak diantaranya yang gagal, atau dia terlalu fokus pada tokoh utama yang.. harus cantik/ganteng banget, harus baik banget, harus dibuat se menderita mungkin untuk mengurai derai air mata penonton. Bah!

Untuk alur, tentu gua acungkan jempol untuk sang penulis. Dan pihak RCTI atau PH atau siapapun yang terlibat, telah berani menayangkan sinetron dengan konsep berbeda dari yang lain. Walau sama-sama tentang binatang buas berkaki empat, namun bukanlah binatang dari Amerika atau pelosok Afrika sana. Tapi asli Indonesia. Mengangkat tema black magic alias sihir yang sebenarnya masih ada hingga kini. Ini bukti bahwa untuk membuat karya fantasi yang bagus, kita tak perlu kok jauh-jauh ke negeri orang. Masih banyak legenda di Indonesia yang bisa diangkat menjadi suatu karya keren. 7MH punya modal yang bagus untuk itu. Asal tetap berada pada jalan cerita, tidak ada konflik gaje yang ditambah-tambah.

Mungkin hal yang mengganggu adalah animasi harimau nya. Err.. Adegan berantem pake silat itu udah keren banget. Alangkah lebih baik kalau perubahan jadi harimau diganti dengan kostum. Cukup sarung tangan ala cakar dan topeng aja kok. Pasti bakalan bagus banget. Gini loh, udah tegang-tegang liat silat nya (sebenernya fangirlingan. Yakali mereka jadi tambah keren banget) dan kemudian tiba-tiba, berubah jadi harimau. Pengen ganti channel banget rasanya, terus diganti lagi pas berantemnya selesai.

So far yang gua amati, ini sinetron bisa dibilang udah paling keren diantara yang lain (Tentu saja kecuali presepsi keren lo adalah ketika segerombolan anak alay kejang-kejang). Dialog yang tadinya gua anggap aneh dan norak, ternyata bagus banget lah! Terutama logat pemainnya yang ngingetin kayak "Hai, kita harimau. Kita dari Indonesia loh. Denger deh logatnya".

Gua percaya banget. RCTI adalah stasiun tv yang high class. Pasti bisa bikin tontonan yang baik atau setidaknya menghibur dari sisi positif(bukan lawakan) buat masyarakat. CHSI itu permulaannya. Walau sekarang jadi melebar kemana-mana kayaknya.

Harapan gua, semoga RCTI menayangkan 7MH sesuai dengan novel. Tamat lah kalau harus tamat. Jangan lihat rating dan rengekan penonton untuk tambah episode. Dengan begitu, kami penonton akan terus menunggu sinetron berkualitas-gak-kepanjangan-episode lainnya dari RCTI. Cukup Haji Muhidin yang lanjutin Kisah nya entah sampai kapan. Cukup Intan yang punya cerita mengular. Cukup Kau Yang Berasal Dari Bintang yang jadi adaptasi ter gak sukses. Mulai sekarang harus move on. Penonton makin lama makin cerdas, alay makin lama makin banyak yang sadar. Rejeki gak akan kemana, apalagi kalau niatnya mencerdaskan anak bangsa atau memberikan hiburan yang gak ngebosenin.

Semoga makin sukses untuk semua crew 7MH. Salam dari Inyiek ke-3 dari Jampang, Sukabumi. *lalu ngakak*.